Dunia akan Penuh Makna jika Anggi Menulis untuk Kalian

Posts tagged “lifestyle

TabunganKu, Solusi Menabung tanpa Biaya Administrasi

Kebanyakan orang pasti nggak mau rugi sewaktu nabung di bank. Biasanya yang bikin bete adalah biaya administrasi bulanan dan saldo minumum yang harus mengendap di tabungan, entah itu cuma sekian puluh ribu atau malah sekian ratus ribu. Duit sendiri mau diambil kok nggak boleh, payah! Haha..

Jika nggak mau rugi seperti kasus di atas, solusinya adalah TabunganKu. Nggak usah dijelasin lah ya apa itu, silahkan buka di sini saja. Kalo menurut saya sih semua bank pasti punya jenis tabungan seperti ini. Namun beberapa bank ada yang ngumpetin jenis tabungan ini untuk ditawarkan, mereka lebih memilih untuk menyarankan calon nasabah membuka tabungan reguler. Jadi jangan ragu dan malu bertanya soal TabunganKu kepada mbak mas cust service.

Penting nih, jadi perlu saya warnai fontnya. Aturan yang ditawarkan tiap bank berbeda-beda. Ada yang ngasih ATM dan ada yang nggak ngasih ATM juga. Yang lebih amsyong lagi kalo ambil duit lebih dari sekian kali dalam sebulan, maka kena biaya sekian. Jangan sampai kena jebakan batman, silahkan jeli dalam memilih fasilitas yang terbaik untuk anda.

Setelah googling sana sini, akhirnya saya mendapatkan info tentang bank yang memberikan fasilitas TabunganKu yang bisa dibilang lengkap. Yaitu *jeng jeng jeeeeng* *drum roll* *zoom in zoom out* BII! Ini bukan iklan lho ya. Dengan penuh kesadaran saya bersumpah bahwa saya tidak dibayar sepeser pun oleh pihak BII dalam penulisan blog ini. Kalo setelah blog ini kepublish tiba-tiba saya dapet duit ya itu urusan lain. Cuma mau sharing aja, sapa tau ada yang mau buka tabungan tanpa kena biaya administrasi dan saldo minimum yang gede tapi masih tetep menuntut fasilitas yang lengkap.

Dengan rasa penasaran yang menggebu-gebu, saya mencoba mempraktekkan membuka rekening TabunganKu di BII. Dan ternyata benar, setoran pertama cuma 20 ribu. Plus biaya materai dan pembuatan ATM sebesar 11 ribu. Jadi siapkan uang sebesar minimal Rp 31.000 untuk membuka TabunganKu di BII. Bedanya dengan tabungan reguler BII adalah, layanan teller TabunganKu hanya bisa dilakukan di cabang pembuatan rekening. Jadi nggak bisa tuh misal buka rekening di Bandung tapi besoknya mau ambil duit ke mbak-mbak teller di Banjarmasin. Tapi tenang saja, kartu ATM masih bisa dipakai di semua ATM BII atau bahkan Maybank di negara tetangga sekalipun. Dan yang lebih penting bisa dipakai juga di jaringan ATM Bersama, Prima, ALTO, MEPS, Cirrus, miyapah. Desain kartunya nggak pake batik khas TabunganKu. Jadi jangan risau, kasta nasabah akan tersamarkan dari penampakan kartu ATM-nya.

tabunganku-bii

Nah, setelah urusan pembukaan rekening selesai, nasabah akan digiring untuk mengaktivasikan layanan SMS banking dan internet banking. Lengkap ya cyin? Sekali lagi, ini bukan iklan. Soal penarikan duit dalam sebulan pun gak pake batasan, pokoknya disamain kayak tabungan reguler. Belum dipraktekin sih, itu baru kata si mbak yang bukain rekening saya. Cuman gak enaknya ya itu tadi, kalo mau berurusan sama teller atau administrasi, kudu ke cabang pembuka rekening.

Terpujilah wahai engkau Pak Beye, karena dengan gagasan presiden kita ini telah lahir TabunganKu. Diharapkan masyarakat Indonesia dapat rajin nabung. Dan yang pasti, yang masih bermental mahasiswa pasti suka sama yang beginian. Kalo mau dibandingin sama tabungan reguler, bunganya kecil sih. Ya wajar dong, persyaratannya aja ringan. Masa masih mau cari untung gede juga? Mau nabung atau mau cari bunga?

PS: Pertanyaan lebih lanjut mohon ditanyakan ke customer service ya. Saya bingung baca komen-komen di sini. 😂


Mama Minta Pulsa

Pengalaman ber-sms saya di tahun 2012 mulai berkurang!!
Njuk aku kudu piye? 😮

Pasti banyak juga yang merasakan ini. Dengan mulai menjamurnya smartphone, memang benar fungsi sms untuk ajang berkomunikasi sudah mulai digeser oleh generasi internet. Social media dan beberapa media chat dianggap lebih mudah dijangkau dan interaktif. Apa yang ada di layar komputer mirip kayak yang ada di layar handphone. Jujur aja, terkadang saya lebih cepat untuk mereply tweet daripada membalas sms dari seseorang. Hihi.. Mau ngobrol pun lebih asik pake Whatsapp. *maap eaaa saya bukan pengguna blekberih, jadi jangan tanya PIN*

Hal ini tentunya didukung oleh biaya internet yang bisa dibilang cukup bersaing. Gak kayak waktu saya SMA, pernah tuh ngalamin tarif Rp12/kb. Dan kenyataannya sekarang, banyak orang akan rela membeli paket internet atau BIS daripada pulsa biasa untuk smsan. Sms itu dilakukan seperlunya aja, biasanya dilakukan saat ingin menghubungi teman jika tidak bisa dijangkau lewat chat. Iya apa enggak?

Deskripsi di atas, that’s so me banget. Bodo amat kalo si operator ngasih promo pake pulsa sekian, dapet sejuta sms. Gak bakal kepake juga. Sambil terjun bebas kayak Felix Baumgarter pun saya gak akan teriak wow. Bagi saya, lebih asik kalo ada promo gratis paket data unlimited. Hahaha..

Tapi saya ya nggak begitu aja sih putus hubungan sama sms. Kalo sama orang tua tetep aja pake sms. Dulu sama dosen juga pake sms. Gak semua orang gentayangan di social media/chat juga kaleee. Masih banyak juga kok orang yang rela ngobrol pake sms.

Di handphone saya, ada sms masuk itu merupakan suatu keajaiban. Biasanya ada hal penting dan tidak penting yang menyertainya. Hal penting kalo pengirimnya orang yang kita kenal. Hal tidak penting kalo, yah, tau sendiri lah. Banyak fenomena yang terjadi akhir-akhir ini. Mulai dari sms iklan, penawaran hotel, mama minta pulsa, dan yang terakhir saya dapet adalah info nomer togel. Sedih juga kalo ngeliat inbox, lebih banyak sms iklannya.

Terakhir dari saya, mari kita tutup postingan ini dengan sama-sama berdoa. Berdoa supaya singkatan sms tetep menjadi milik short message service. Jangan sampai semua makan sonice menggantikannya! Amin..


Siapkah Indonesia dengan Uang Digital?

Uang digital atau e-money sebenarnya bukan hal yang baru di Indonesia. Tapi entah kenapa, pemakaiannya masih dilakukan oleh beberapa kalangan tertentu. Yang akan saya tulis di sini adalah e-money yang menggunakan RFID sebagai sarana identifikasinya. Uang kita akan tersimpan dalam kartu secara offline. Praktis sih, beda seperti kartu debit dan kartu kredit. Saat transaksi kita tidak perlu memasukkan PIN ataupun membubuhkan tanda tangan. Tinggal letakkan kartu pada mesin EDC, transaksi pun sudah dapat dilakukan. Kita tidak perlu mengeluarkan uang, menerima uang kembalian, dan transaksi dapat dilakukan dengan cepat. Penggunaan e-money jenis ini sangat beragam, bisa buat belanja, bayar tarif tol, bayar parkir, beli tiket bioskop, beli tiket kereta, dll. Dan enaknya lagi, terkadang ada promo tertentu jika kita bertransaksi dengan uang digital ini.

Namun, apakah Indonesia yang sekarang sudah siap memakai teknologi ini? Curcol aja nih ya, di Indonesia itu sebenarnya teknologi sudah ada. Tapi tidak semua tenaga manusia bisa mengoperasikan. Jadi ya, saya pernah (atau bahkan sering) menggunakan kartu yang saya punya untuk transaksi, tapi ternyata jeng jeng jeeeeeeng…….mbak dan mas di suatu merchant tersebut tidak bisa gimana cara memakainya. Padahal udah jelas-jelas ada banyak EDC di meja kasirnya. Tapi tidak semua tempat seperti itu juga sih, masalah yang sering muncul paling ya mbak-masnya masih melakukan transaksi itu dengan kurang cekatan. Transaksi cepat yang dijanjikan pun akan terasa lama. Pernah juga saya iseng bayar parkir pake kartu ini dan ternyata lebih lama daripada menyerahkan beberapa lembar uang ribuan. Kendaraan di belakang saya jadi antri lumayan agak lama. Trus itu salah gue? Salah bokap nyokap gue yang ngasih duit jajan?

Ada baiknya para kasir ditraining terlebih dahulu supaya tidak menyusahkan pelanggan. Di satu sisi penyedia jasa uang digital sudah gencar memasarkan produk, eh gak taunya pihak merchant malah yang belum siap untuk mengaplikasikannya. Entah itu kendala di pembayaran ataupun top-up. Yang pasti saya sudah pernah mengalami kendala semacam ini. 😀


10 Alasan Mengapa Kita Perlu Unfollow Seseorang

Postingan kali ini sebenarnya ide orisinil dari saya. Cuman sayang, keduluan @neeach yang sudah ngeposting di sini. Tanpa banyak kata sambutan, langsung saja saya jabarkan satu persatu mengenai alasan untuk unfollow seseorang.

1. Pengen aja
Nah ini merupakan alasan pertama yang tidak rasional. Tapi mau follow atau unfollow itu kan kebebasan setiap individu di muka bumi ini, jadi yaudah lakukan aja yang kita mau. 😛

2. RT abuser
Beberapa orang pasti kesel kalo ngeliat timeline isinya sampah. Obrolan nggak penting dengan orang tak dikenal jadi ikut hadir mewarnai kehidupan kita. Kalo kita jarang berhubungan dengan orang ini, ga ada salahnya untuk diunfollow. >:) *baca tulisan saya tentang retweet

3. Tukang pamer
Orang yang kayak gini pasti bikin esmosi juga. Tiap detik memarekan segala kelebihannya. Oh pelis deh, di atas langit masih ada langit. Orang yang ngerasa hebat ini masuk kategori orang yang pantas diunfollow, kecuali dia bagi-bagi ke kita tentang kelebihannya. 😛

4. Tukang ngeluh
Semua orang punya masalah sendiri. Tapi dengan membaca tweet si tukang ngeluh, masalah seseorang menjadi makin bertambah. Kalo mau tau ya, hidup saya tuh sebenernya udah susah, so please jangan dibikin susah lagi. 😀

5. Ababil
Ini bukan nama burung, tapi ini merupakan sebuah jelamaan dari manusia yang labilnya kebangetan. Hidup manusia pastinya berfluktiasi. Tapi nggak setiap menit juga jatuh bangun kayak lagu dangdut. Golongan seperti ini lebih menyeramkan ketimbang alay.

6. Artis sok eksis
Penting nggak celeb tweet di timeline kita? Bagi sebagian orang pasti merasa nggak penting. Buat apa kita memantau kehidupan artis? Emang mereka peduli sama kita? Nah, inilah waktu yang tepat untuk berhenti mengikuti mereka. Hasil survey yang saya lakukan secara bohongan mengatakan bahwa 80% public figure di Indonesia merupakan RT abuser.

7. Beda dunia
Punya temen, tapi udah beda dunia? Kalo ngomong nggak nyambung? Ngapain difollow? Yang ada kita akan semakin bingung saat membaca tulisan dia.

8. Musuh bebuyutan
Kurang kerjaan banget follow orang yang kita tidak sukai. Kalo pengen memata-matai ya tinggal buka aja timeline dia. Haha..

9. Mantan
Terbayang akan masa lalu yang indah namun sekarang berubah menjadi kelam? Gausah follow mantan!! Segala tweet yang dia kicaukan pasti akan menusuk hati, apalagi kalo dia pamer tentang kemesraannya dengan gandengan baru. Ouch, it hurts!

10. Musuh dalam selimut
Ini lebih parah busuknya dari musuh bebuyutan. Musuh dalam selimut dari interface aja ngaku jadi temen, padahal dari belakang menusuk dengan sembilu. Saat menemukan makhluk yang satu ini, unfollow saja pun tidak cukup. Langsung block manusia ini supaya tidak mengusik lagi.

Setelah dibaca ulang, sepertinya saya masuk hampir ke semua kategori. So, feel free to unfollow @anggisipahutar. 😛


Transfer Lewat SMS Banking dan Internet Banking

Berawal dari rasa malas ke ATM untuk mentransfer sejumlah uang, akhirnya saya melakukan transfer lewat SMS Banking saja. Jumlah yang akan saya transfer Rp 48.000, kalo lewat ATM mau gak mau kudu transfer Rp 50.000. Hal itu dikarenakan minimal transfer melalui ATM adalah Rp 50.000. Kalo lewat cara lain sih saya tau bisa kurang dari Rp 50.000, hal ini sudah terbukti seiring dengan keberhasilan saya transfer lewat SMS Banking tadi. 😀

Rasa penasaran pun muncul. Hal ini dibahas bersama dua teman saya Kris dan Ita. Berapakah minimal transfer melalui SMS Banking/Internet Banking? Banyak jawaban. Ada yang menjawab Rp 10.000, ada pula yang menjawab Rp 1. Ita pun mencoba transfer melalu Internet Banking dengan nominal Rp 1. Dan gagal. 😐
Dengan penuh semangat dan tanpa rasa pantang menyerah, dia kembali mencoba dengan nominal Rp 2. Eh berhasil!! Dengan hasil riset Ita pun kami menyimpulkan kalo minimal transfer menggunakan Internet Banking adalah Rp 2. 😀

Sekarang giliran saya mencoba menggunakan SMS Banking. Diasumsikan Rp 1 tidak bisa, maka saya mencoba mentransfer sebanyak Rp 2 saja. Dan lagi-lagi berhasil. Tangis pilu pun mengharu menjadi satu begitu riset kami untuk mencari satuan terkecil untuk transfer melalu e-Banking tersebut berhasil.

Dan yang jadi pertanyaan, apakah SMS Banking bisa untuk mentrasfer uang sejumlah Rp 1?
Ternyata eh ternyata, bisa! Teman Kris telah membuktikan.. 😀

PS: kami memakai layanan dari Bank Mandiri


Uang Digital, Ilang Ya Ilang..

When words are not enough...

Berawal dari keinginan untuk memiliki kartu Flazz BCA, akhirnya saya pun mendatangi Starbucks untuk membuatnya.

Kenapa musti ke Starbucks? Ya biar bisa sekalian dapet promonya. Hehehe… Yang penting bisa dipake di mana aja..