Dunia akan Penuh Makna jika Anggi Menulis untuk Kalian

Posts tagged “malaysia

#tripMeSra: Ngeteng Ganteng ke Melaka

Kelihatannya nggak sulit-sulit amat™ menuju Malaysia dari Singapore lewat darat. Dan itu terbukti saat perjalanan saya menuju Melaka. Mungkin ada bus langsung Singapore-Melaka. Tapi biar lebih hemat saya transit dulu di Johor. Jadi dari Singapore saya pake bus Causeway Link, naik di Queen Street lalu turunnya di Terminal Larkin. Selama perjalanan, bus akan berhenti di dua imigrasi untuk keluar dari Singapore dan masuk ke Malaysia. Saat kita turun di Imigrasi pastikan barang-barang dibawa semua. Setelah sukses mendapat cap kita naik lagi ke bus dengan merek yang sama, nggak harus bus yang tadi. Jadi tiket harus disimpan sebagai bukti kalo kita emang penumpang bus dengan merek itu atau terpaksa harus bayar lagi di bus nanti.

Perjalanan Singapore-Johor ternyata nggak begitu lama, apalagi kalo nggak ada antrian panjang di imigrasi. Tidur di bus pun hanya menjadi wacana semata. Singapore-Johor hanya dihubungkan oleh jembatan, kira-kira sepanjang 1 km. Selain kendaraan pribadi dan bus, ternyata ada juga lho yang bawa motor. Bahkan yang jalan kaki di jembatan itu pun ada. Hahaha pasti cape diterpa angin. Dan setelah dapet cap Malaysia jangan merasa kalo udah nyampe tujuan. Karena terminal yang sepaket dengan imigrasi itu adalah JB Sentral. Terminal Larkin masih harus ditempuh beberapa kilometer lagi.

Begitu nyampe Terminal Larkin, turunlah dari bus dengan gaya yang sangat bersahaja. Jangan kelihatan bingung. Karena calo akan segera menyerbu calon penumpang dengan gesitnya. Bentuk Terminal Larkin ini 11 12 lah sama terminal-terminal yang ada di Indonesia pada umumnya, suasananya udah beda kayak negara yang ada di selatannya. Haha.. Biar nggak terjebak oleh godaan calo mending udah punya pilihan mau naik bus apa, sukur-sukur kalo sempet beli online. Saat itu saya sudah mempercayakan kepada (lagi-lagi) Causeway Link. Loketnya gampang dicari karena tulisan Causeway Link memang terpampang nyata di sana.

Terminal Larkin ini sepaket sama pasar. Dan kayaknya terminal-terminal di Malaysia ini selalu jadi satu sama pusat perbelanjaan deh, di Melaka Sentral dan JB Sentral juga sama. Jadi kalo pas nunggu jadwal bus berangkat bisa sambil belanja atau sekedar cuci mata. Deket Terminal Larkin juga ada McD/KFC. Sapa tau gengsi kalo nongkrongnya di pasar.

Perjalanan ke Melaka dari Terminal Larkin memakan waktu kira-kira 3 jam. Bisa lebih kalau macet. Jangan harap mendapat pemandangan indah selama perjalanan. Mending tidur aja. Karena jalanan di Malaysia itu rata-rata isinya kebun sawit dan kebun karet. Hampir mirip sama jalan lintas Sumatera. Cuman bedanya kalo di Malaysia udah pake jalan tol.

Setelah tiga jam perjalanan, sampe juga di Melaka Sentral. Udah malem. Sepi. Tujuan utama kami adalah cari penginapan yang bisa dijangkau dengan berjalan kaki dari sekitaran Kota Tua. Saya hanya berbekal Google Maps yang udah ada bintangnya. Entah apa itu nama tujuannya. Kota Tua? Red Building? Pokoknya kami sekarang ada di sini dan akan menuju ke sini. Niat awal mau jalan kaki. Cuman berhubung ada yang pengen berjumpa dengan tandas dan kok kayaknya jauh juga ya, akhirnya kami malah naik taksi. Trus bilangnya mau cari penginepan. Dan sama si supir taksi itu dicarikan hotel yang harganya kurang bersahabat. Yaudah kami minta diturunkan di Jonker Street aja.

Beruntung saat itu pas lagi weekend. Jadi banyak orang yang buka lapak di Jonker Street. Rata-rata yang berjualan di sana penduduk keturunan Chinese, karena emang daerah Chinatown juga sih. Yang dijual pun macem-macem, ada mainan, kaos kaki, makanan, minuman, ya sama lah kayak yang ada di Gasibu. Cuman buat jajan di sini harus memilah dan memilih juga. Bisa-bisa malah dapet makanan non halal. Itu tadi yang pengen ke tandas langsung melek melihat kemeriahan Jonker Street. Walaupun udah kemalaman sih, beberapa pedagang terlihat udah beres-beres untuk bersiap pulang. Dan kuliner kami malam itu hanya sebatas air jeruk yang ada semacam cincaunya, kentang spiral, dan carrot cake. Carrot cakenya pun sepiring berempat karena itu adalah piring terakhir yang mereka jual. Insya Allah halal ya. Ada sih tulisan no pork, tapi kan halal bukan cuma dilihat dari faktor daging babi doang. Hahaha..

Puas menjelajah Jonker Street, kini saatnya mencari penginapan. Dan lagi-lagi disertai drama. Ternyata susah go show di malam yang sepi tanpa bekal googling dahulu di mana daerah yang banyak penginapannya. Setelah kebingungan akhirnya GPS pun dipake. Gunakan Penduduk Sekitar! Dan saat itu yang terlihat hanya beberapa abang-abang becak. Salah seorang dari mereka menunjukkan salah satu jalan yang katanya banyak penginapannya. Kami segera capcus ke sana. Penginapan pertama yang kami masuki ternyata tidak memiliki kriteria kamar yang kami minta: dorm. Saat hendak beranjak dari tempat itu, bapak-bapak chinese yang menjaga penginapan itu malah mengantar kami menuju penginapan yang katanya ada dormnya.

Dapatlah penginapan milik encik-encik keturunan India namanya Raymond’s Boutique Travellers Home. Ternyata bukan dorm, tapi kamar dengan kapasitas 4 orang. Dan harganya sesuai. Lah kebetulan banget! Langsung deh deal, mengisi data-data yang diperlukan, dan menuju kamar karena udah cape banget. Saking excitednya sampe lupa berterima kasih sama bapak-bapak chinese yang telah menyelamatkan anak-anak terlantar. Kamarnya lumayan lah, bersih, ber-AC, wifi kenceng, dan kamar mandi di luar pake air panas. Kami pun segera mandi, sholat, tidur nyenyak, dan hidup bahagia selamanya.


#tripMeSra: Preambule

Go international nggak akan terlaksana kalau hanya sekedar wacana saja. Agnez Mo bisa membuktikan kepada Indonesia kalau akhirnya dia bisa merilis single international juga karena kerja kerasnya selama ini. Kalau dia bisa, kenapa saya enggak ya kan? Dengan semangat 45, 17an kemarin saya dan tiga orang teman melakukan trip mainstream ke negara tetangga. Nggak usah jauh-jauh, bagi saya ke Singapore dan Malaysia juga sudah cukup kok untuk menjadi saingan Agnez Mo. Kota tujuan dari perjalanan ini difokuskan pada Singapore dan Melaka. Lalu secara iseng terbentuklah hashtag #tripMeSra, trip Melaka-Singapura. Maksa sih, tapi yang penting unique. Kumpulan foto di Instagram bisa dicari pake hashtag itu lho.. 😛

Tiket pesawat CGK-SIN PP saya beli pada bulan Mei. Berangkat kalo bisa secepetnya, tapi ya nggak cepet-cepet amat. Maka terpilihlah tanggal 16-19 Agustus, tanggal di mana arus balik lebaran sudah mulai normal. Sebelum beli, saya dan Whe mencoba untuk mengajak Arif biar nanti nggak sepi-sepi amat di sana. Namun dia menolak dengan beribu alasan, padahal juga pengen. Tjih! Oke, kalo gitu selama membicarakan itin dan segala persiapan, Arif akan dipaksa terlibat. Grup WhatsApp pun dibuat khusus untuk membicarakan trip ini, walaupun sebenernya dibuat untuk memotivasi manasin dia buat ikut. Dan itu berhasil! Dia menyusul beli tiket bareng Andit mungkin kira-kira sebulan sebelum berangkat. Saya dan Whe berangkat naik Tigerair. Arif dan Andit berangkat beberapa jam lebih awal naik Lionair.

Ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan saat masih di tanah air. Beberapa di antaranya adalah penginapan, uang, steker/colokan (duh norak banget bahasanya, tapi masyarakat awam pasti lebih paham dengan istilah colokan kan?), dan komunikasi. Saya kasih tips sekalian sharing pengalaman kemarin ya.

Penginapan dapat dipesan jauh-jauh hari secara online, cari langsung saat di tiba di tujuan, ikutan Couchsurfing, atau nebeng ke kerabat. Ayo coba dicari, kira-kira ada nggak keluarga atau kenalan yang lagi ada di sana? Kemarin sih saya di Singapore numpang di hotel temen. Mayan bingits lah ya cuma ngasih upeti berupa bakpia dua dus, Indomie ayam bawang, dan Malkist Roma bisa dapat tumpangan hotel senilai (kayaknya sih) $170 semalem. Ihik.. 🙄 Nah kalo sewaktu di Melaka, tengah malam kami go show niatnya cari yang tipe dorm. Konon katanya banyak penginapan bertebaran di sini, dari yang kasurnya ada bed bugsnya sampe hotel mewah juga ada. Tenang aja nggak bakal keabisan. Tapi ya lebih baik survey dulu secara online mau nginep di sebelah mana. Ternyata kemarin itu kami dapat sekamar berempat, pas banget deh. Kamar bersih dan free wifi, harganya pun cuma RM70. Dan terakhir, sebelum menginjakkan kaki ke Singapore lagi, kami bermalam di Johor Bahru. Sudah pesen hotel sebelumnya lewat web seharga RM143.84. Harga ini termasuk mahal sih, kalo pesen jauh-jauh hari bisa dapat harga yang lebih murah. Fyi, harga hotel di Johor banyak yang lebih murah daripada hostel tipe dorm di Singapore. Mungkin ini bisa jadi bahan pertimbangan buat menekan budget. Kenyamanannya juga jelas beda.

Untuk masalah uang lebih baik menukar rupiah ke dolar dan ringgit di Indonesia, biar nggak ribet sewaktu sampe di negara tujuan. Saya sarankan nggak usah banyak-banyak, sesuaikan dengan itinerary. Waktu itu kami cuma bawa 197 SGD dan 400 MYR dari Indonesia. Rencananya kalo kurang (ya pasti kurang lah!) mau ambil di ATM atau gesek aja. Soalnya bahaya juga kalo bawa cash banyak-banyak, apalagi kalo kamu mendapat amanah membeli barang titipan seharga belasan juta rupiah. Bank di Indonesia yang katanya gratis tarik tunai di Malaysia dan Singapore adalah BII dan CIMB Niaga. Kebetulan saya punya BII yang sudah kakak-adek sama Maybank, jadi bisa dicoba. Dan ternyata benar, tarik tunai lewat ATM Maybank di dua negara itu gratis tanpa ada biaya macem-macem. Tapi ratenya Maybank lebih mahal ketimbang di money changer di Indonesia. Padahal sebelumnya sempet cek di webnya kalo harganya lebih murah. Argh, tertipu!  Nggak tau deh kalo bank lain gimana ratenya.

Perlu diketahui bahwa colokan di Singapore dan Malaysia berbeda dengan di Indonesia. Mereka pake tipe yang lubangnya ada tiga. Kalo pengen gampang bawa aja converter. Tapi kalopun nggak bermodal buat beli, ada triknya kok. Kalo charger nggak bisa masuk ke lubang, colok aja lubang yang nggak tercolok pake pensil. Dan itu sudah terbukti berhasil. 😀

Soal komunikasi, jangan lupa aktifkan international roaming saat masih di Indonesia. Caranya tanya CS masing-masing provider aja yes. Biasanya kalo prepaid aktivasinya nggak pake syarat macem-macem kok. Kalo sudah aktif, handphone akan mencari jaringan secara otomatis. Tergantung setting hapenya juga sih, sekali lagi kalo kurang paham bisa tanya ke CS. Kemarin saya pake dua kartuhalo. Yang satu sudah aktif roaming, pas di Singapore pake jaringan SingTel dan di Malaysia pake jaringan Maxis. Dan nomer satunya lagi belum aktif roaming, jadi nggak dapat sinyal sama sekali. Mau aktifin roaming aja tagihan minimal harus 300ribu dulu, nomer saya yang ini mah sebulan nggak nyampe segitu keleus. KZL! O_o Perlu diketahui juga bahwa tarif nelpon, SMS, dan internet saat roaming itu luar biasa mahal. Bahkan nerima telpon aja bayar. Tapi kalo nerima SMS gratis kok. Ada sih paket roaming gitu, tapi bagi saya tetep aja masih mahal. Mending beli simcard di negara tujuan atau nyari wifi biar bisa tetep eksis. Selama roaming kemarin nggak ada masalah dengan keluar-masuk SMS dan telpon. Semua lancar jaya. SMS dari bank yang berisi token SMS banking pun masih bisa diterima di luar negeri.

Sekian preambule untuk #tripMeSra series ini. Kurang dan lebihnya mohon maaf. Semoga menginspirasi ya sis. Preeeett…XD